Membahas Isi Puisi Berdasarkan Penginderaan
Pengertian Gambaran Penginderaan
Gambaran penginderaan atau pikiran (imaji) adalah sebuah efek dalam pikiran yang mempunyai gambaran yang dihasilkan oleh pancaindera.Gambaran-gambaran angan memiliki gagasan jenis tergantung dengan indera yang menghasilkannya. Gambaran yang dihasilkan oleh indera penginderaan disebut citra penglihatan, sedangkan yang ditimbulkan oleh indera pendengaran disebut citra pendengaran dsb. Selain yang berhubungan dengan pancaindera, citraan yang lain yaitu citraan gerak (movement imagery)
1. Menjelaskan Gambaran Penginderaan / Citraan
Puisi
a. Citraan Penglihatan ( Gerimis, mentari,
jenazah, hitam, gelap, terang )
b. Citraan Pendengaran ( bunyi tambur,
mendesah, mengeluh )
c. Citraan Penciuman ( wangi, harum, anyir )
d. Citraan Pengecapan ( asam, pahit, manis,
gurih )
e. Citraan Perabaan ( kasar, halus, licin,
bergerigi, tajam )
f. Citraan Gerak ( mulut tercekam, mata terpejam,
kepala tertunduk, mengusap, memukul,
mendobrak )
2. Menjelaskan Perasaan yang Diekspresikan
dalam Puisi
a. Sedih
b. Cemas
c. benci
d. bahagia
e. jengkel
f. sombong
g. bingung
h. pasrah
i. dan lain-lain
Tunjukkan dan Tuliskan bait-bait yang menjelaskan perasaan-perasaan tersebut, serta
jelaskan, mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
3. Menyingkap Imajinasi Penyair dalam Puisi
Penyair mampu menghidupkan segala yang ditulisnya menjadi lebih bermakna, berkesan,
lebih memperjelas suasana. Imajinasi penyair dilihat dari makna yang terkandung dalam baris-baris puisinya.
4.Menjelaskan Nilai-nilai atau amanat atau ajaran yang dianggap penting bagi
kehidupan yang terdapat dalam puisi
5. Menjelaskan Hubungan Isi Puisi dengan:
a. Realitas Alam
b. Sosial Budaya
c. Kehidupan Masyarakat
6. Parafrasekan Puisi tersebut
Ada 2 metode / teknik parafrase:
1) Mempertahankan susunan kata-kata dalam puisi tetapi menambahkan unsur/ kata dalam tanda kurung yg akan memudahkan usaha memahami puisi secara keseluruhan
2) Mengubah puisi menjadi prosa dengan cara mengubah baris / bait menjadi kalimat-kalimat dengan menambah/mengurangi/menukar katakata tertentu sehingga unsur-unsur asli puisi tidak kelihatan lagi, yg ada hanya suatu prosa dimana prosa tsb telah menggambarkan makna secara keseluruhan puisi tsb.
Citraan Isi Puisi
Untuk menyampaikan maksud, ide, dan gagasannya, pengarang berusaha mengkonkretkan melalui gambaran (citraan) penginderaan, perasa, dan pendapat. Dengan penggambaran atau citraan itu, ide dan gagasan pengarang akan semakin mudah ditangkap pembacanya.
Perhatikan contoh citraan puisi berikut ini!
Angin berhembus tertahan-tahan
Daun berisik rasa kesukaan
Bulan perlahan-lahan
Menuju maghrib peraduan
Karya Y.E. Tatengkeng
Pada baris pertama puisi di atas seolah-olah pembaca merasakan hembusan angin, " angin berhembus tertahan-tahan". Inilah yang dimaksud gambaran perasa. "Daun berisik rasa kesukaan" pada baris kedua seolah pembaca dapat mendengar suara daun yang berisik.Larik "bulan perlahanlahan", "menuju maghrib peraduan" merupakan penggambaran indera penglihatan, yakni sedang menyaksikan bulan yang akan segera tenggelam.
Pengertian Gambaran Perasaan
Perasaan adalah gambaran suasana hati penyair saat meulis puisi (lukisan hal-hal yang bersifat batiniah), misalnya: sedih, senang, benci, kagum, gembira dsb.
Mendengarkan Puisi dan Merefleksikannya
Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang banyak disukai orang. Di dalam puisi, seorang penyair mencoba mengekspresikan dan mencurahkan segala perasaan, pendapat, dan pengalaman mereka kepada pembacanya. Oleh karena itu, setiap puisi pasti memiliki isi dan makna yang berbeda-beda, meskipun ditulis oleh orang atau penyair yang sama. Puisi sebagai sebuah karya sastra memiliki susunan bahasa yang lebih padat dan terikat irama, jika dibandingkan dengan prosa. Dalam memahami isi sebuah puisi, kalian akan menemukan makna yang tersurat atau tertulis dan makna yang tersirat, yaitu makna yang terkandung atau tersembunyi di dalam tulisan. Makna tersurat, dapat dipahami dengan mudah karena sudah tertulis dengan jelas. Makna tersirat dapat kalian tentukan melalui kearifan, ketajaman rasa, dan kreativitas penafsiran kata sehingga penafsiran pembaca yang satu dengan yang lain belum tentu sama.
1. Mengungkapkan Isi Puisi
Makna dalam puisi dapat disimpulkan dari pengungkapan isi puisi dengan mempertimbangkan nada, suasana, irama, dan pilihan kata yang tepat. Makna yang tersirat dari puisi "Kepada Koruptor" tersebut adalah harapan penyair agar para koruptor (orang yang suka korupsi) tidak memakan harta rakyat. Nada dan suasana puisi tersebut menggambarkan kekecewaan penyair terhadap para koruptor.
2. Menangkap Isi Puisi
Isi puisi dapat disimpulkan dari gambaran pengindraan, perasaan, dan pendapat penyairnya. Puisi "Kepada Koruptor" dapat kalian tangkap isinya dari gambaran:
a. pengindraan (khususnya penglihatan dan pendengaran)
a. pengindraan (khususnya penglihatan dan pendengaran)
Contoh: - penglihatan : "lihatlah air mata para bocah"
"telah bapak saksikan ...."
"matahari jadi enggan berpijar" - pendengaran : "dengarlah jerit lapar mereka ..."
b. perasaan
Contoh: "Tolong, Pak ..."
c. pendapat
Contoh: - "tidaklah menggetarkan bapak?"
- "jangan makan uang kami"
3. Refleksi (Gambaran) Isi Puisi
Melalui puisi "Kepada Koruptor", tersebut penyair ingin mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi rakyat Indonesia yang menderita akibat ulah para koruptor yang memakan uang rakyat. Penderitaan tersebut dapat dilihat dari air mata para bocah di lampu merah, jeritan kelaparan mereka, keinginan untuk melanjutkan sekolah, dan orang-orang miskin yang memenuhi negeri ini. Penyair juga memohon pada koruptor agar jangan memakan uang rakyat.
“isi” puisi ini tidaklah sama seluruhnya “teknisnya” (kalau boleh disebut demikian) dari semua penyair; sebab puisi sebagaimana yang dirumuskan Willem Kloos adalah penjelmaan yang seasli-aslinya dari perasaan yang seasli-aslinya. Terserah bagaimana bentuk keaslian perasaan sang penyair dalam menciptakan puisi-puisinya. Juga terserah ”teknik“ pengucapan yang dipilih penyair dalam menyusun bait-bait atau kuplet yang cocok mendukung perasaannya. Itu semata hanya menupakan persoalan konvensi kepenyairan belaka. Bahkan puisi-puisi yang menyimpang dan konvensipun (inkonvensional) bukan sesuatu yang “aneh“ dalam karya satra. Penyair Sutardji Calzoum Bachri pada awal kemunculannya telah memberi contoh, meski harus disertai dengan ”kredo“ yang menjelaskan konsep kepenyairannya sebelum karya-karyanya diterima publik sastra.
Pengertian Gambaran Pikiran
Pikiran adalah ide, gagasan, harapan, ataupun tanggapan penyair terhadap suatu objek yang dituangkan ke dalam puisi. Pikiran penyair dikemas dalam ungkapan-ungkapan yang otentik (asli), indah, dan harus ditafsirkan maknanya. Istilah lain yang digunakan adalah tema.
Dua puisi karya Adi Sutiono BM, hadir menjumpai kita. “Roman Terakhir” adalah puisi yang berkisah tentang upaya menggali sekaligus koreksi atas waktu yang lampau. Kisah yang penuh luka itu adalah kenangan-kenangan. Sesuatu yang tak terobati. Puisi ini sebenarnya lebih terasa mencuatkan tema yang umum, sehingga terkesan seolah tak berpijak pada substansi yang hendak disampaikan oleh si aku-lirik.
Lalu, dalam puisi “Membunuh Rembulan” kita menjumpai dari baris awal diksi-diksi yang saling menopang, untuk menandaskan tentang cahaya rembulan. Namun, makna yang dibangun seperti terputus, ketika masuk baris, “membelah damai, memenggal cinta.” Kenapa cahaya yang penuh cinta itu, kemudian membelah damai, memenggal cinta? Agaknya, Adi sengaja hendak menyuguhkan ambiguitas makna itu dalam puisinya.
Puisi “Gerhana” karya Ferdinan De J Saragih, hemat saya, puisi yang berhasil menggerakkan kesederhanaan bahasa dan metafora untuk membangun suasana. Ferdinan berhasil memadatkan kata dan memilih diksi dengan hati-hati dan apik. Sehingga tak cuma suasana yang terasa kuat, tapi juga makna yang demikian luas wilayah tafsirnya, meskipun ia hanya menghadirkan simbol kehidupan pohon di rimba.
Baris berbunyi “dahan hatiku kering” adalah titik mula terbuka pintu keluasan itu. Pilihan diksi setelahnya berbunyi “pertalianku dengan akar” justru kemudian membuka pintu tafsir dan imajinasi kita yang lebih luas lagi. Beberapa diksi berikut juga memperlihatkan bahwa Ferdinan cukup cakap bermain kata, semisal “segenap rimba”, “pucuk baru”, “dahan hatiku ikut gugur”, dan “daun tuaku.”
Sugiarti, kali ini hadir lewat sebuah puisinya berjudul “Sahabat yang Hilang.” Dari judulnya jelas bahwa si aku-lirik sedang kehilangan sahabat. Siapakah sahabatnya itu? Sahabat yang sering “membangunkan dengan syair-syair lugunya.” Datang “menjenguk dengan pena-pena tajamnya.”
Berarti siapakah sahabatnya itu? Dari simbol pena, syair, dan surat, boleh jadi sahabatnya adalah penyair atau pengarang. Boleh jadi juga sahabatnya adalah waktu yang tiap detaknya menuliskan peristiwa demi peristiwa. Tapi, sahabatnya ini “pedih dalam kesendirian.” Dan si aku-lirik, rupanya telah siap sedia menggantikan posisi sahabatnya yang hilang itu.
Pengertian Gambaran Imajinasi
Imajinasi adalah daya khayal penyair yang dituangkan melalui pilihan kata agar menjadi lebih bermakna, berkesan, dan memperjelas suasana.
Perhatikan kutipan sajak Amir Hamzah berikut ini:
Nanar aku gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara di balik tirai
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara di balik tirai
Dalam puisi di atas citraan penglihatan yang terasa ada dalam angan-angan pembaca. Pembaca seolah melihat sosok wanita rupawan yang mengintai dari balik tirai.
Di samping citraan/imajinasi visual (yang menimbulkan pembaca seolah-olah dapat melihat sesuatu setelah membaca kata-kata tertentu), terdapat pula imajinasi lain, seperti imajinasi auditory (pendengaran), imajinasi articulatory (seolah mendengar kata-kata tertentu), imajinasi alfaktory (seolah membau/mencium sesuatu), imajinasi organik (seolah Anda seperti merasa lesu, capek, ngantuk, lapar, dan sebagainya).

0 komentar:
Posting Komentar